Oleh: baswarsiati | April 30, 2009

Hama dan Penyakit Tanaman Anggur

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ANGGUR

SERTA CARA PENGENDALIANNYA

 

Baswarsiati dan Diding Rahmawati

 

 

PENDAHULUAN

 

            Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880.  Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen baik dalam bentuk segar maupun olahan.  Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah.  Walaupun  tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur. 

            Jumlah tanaman anggur di Jawa Timur pada awalnya meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1988 jumlah tanaman anggur adalah 270.249 pohon dengan produksi sebesar 2.060 ton, meningkat pada tahun 1989 menjadi 345.761 pohon dengan produksi sebesar 2.451 ton (Diperta Dati I Jatim, 1989).   Namun nampaknya terjadi penurunan jumlah tanaman di sentra anggur utama dan pertama yaitu di Probolinggo, dengan banyaknya tanaman yang ditebangi karena  tanaman anggur padat karya dan padat modal.

            Perkembangan tanaman anggur yang cukup pesat pada beberapa kurun waktu terakhir ini karena adanya penanaman dalam jumlah yang cukup banyak di kota Kediri dengan varietas anggur Belgia (Kediri Kuning).   Dengan keberhasilan daerah Kediri mengembangkan tanaman anggur terutama di  pekarangan penduduk kota di kecamatan Pesantren dan Sukomoro serta beberapa kecamatan lainnya menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah  Madiun, Ngawi dan Magetan  dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.  Data terakhir menunjukkan jumlah tanaman berkisar 12.000 pohon yang telah berproduksi.  Untuk saat ini jumlah tanaman anggur terbanyak berada di Kediri dengan jumlah tanaman yang sudah berproduksi 5.547 pohon  dan di Madiun sekitar 3000 pohon.      (Diperta Dati I Jatim, 1998). 

            Tanaman anggur termasuk salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan menguntungkan usahataninya. Walaupun usahatani anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat kerja mulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, pemanenan namun bila dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan  Produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun  (Soemarsono et al, 1995).

 

            Sampai saat ini dalam hal pemasaran buah anggur   tidak menjadi masalah karena  pembeli buah anggur umumnya datang langsung ke lahan pekarangan pemilik tanaman.  .  Rata-rata pemilik tanaman anggur di pekarangan merasakan adanya tambahan penghasilan maupun tambahan gizi keluarga  walaupun mereka hanya memiliki satu atau dua tanaman anggur di pekarangannya .  Selain dapat menjual buahnya maka pemilik tanaman anggur dapat juga membuat bibit dari stek berasal dari  cabang-cabang hasil pangkasan .  Sehingga menanam tanaman anggur di pekarangan yang dianggap sebagai sambilan ternyata mampu menambah penghasilan keluarga (Baswarsiati et al, 2001, 2002).

 

PERMASALAHAN

 

            Beberapa permasalahan yang berkembang dalam usahatani anggur terletak pada hal-hal berikut ini (Baswarsiati et al, 1999) : 1) kesesuaian lahan , terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil tidak optimal , 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3) Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew (Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga mempengaruhi terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara tepat oleh petani, 7)  Butir buah anggur mudah rontok  bila musim hujan terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Belgia).

            Untuk memecahkan permasalahan secara umum maka  perlu memperhatikan  agroekologi yang sesuai untuk tanaman anggur yaitu  tanah lempung berpasir, sarang, komposisi 30-50 % lempung, 30-50 % pasir, 7-12 % liat, pH 7 dan cukup zat hara.  Tinggi tempat10-300 m dpl (Vitis vinifera),10- > 800 m dpl (Vitis labrusca).  Curah hujan optimum 800 mm/tahun, sinar matahari sebanyak-banyaknya, 4 bln kering/tahun (Soegito, 1991).

            Selain agroekologi maka varietas yang ditanam umumnya dari spesies Vitis vinifera yang merupakan buah meja (buah segar) dan umumnya kurang tahan terhadap serangan OPT.  Hingga saat ini belum terdapat varietas   anggur yg dibudidayakan di Indonesia yang tahan terhadap penyakit downy mildew kecuali spesies Vitis labrusca yaitu Isabella, Delaware dan Tegal Hitam yang rasanya masam dan untuk olahan. Varietas yg telah dilepas sebagai varietas unggul yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super, Kediri Kuning.  Ke empat varietas unggul  tersebut kurang tahan terhadap downy mildew (Kusumo, 1991).

            Agar usahatani anggur berhasil dan menguntungkan  maka petani anggur diharapkan menerapkan teknologi anjuran sehingga produktivitas tanaman anggur  meningkat sekitar 40% dan pendapatan per pohon akan meningkat. Teknologi anjuran yang dapat diterapkan untuk tanaman produktif (3-5 tahun)  (Baswarsiati et al, 2001, Suyamto et al, 2003), yaitu :

·         Pemupukan dengan Urea 600g + KCl 450 g + SP 36 375 g per pohon diberikan 10 hari sebelum pangkas, dan pupuk kandang 30 kg/pohon diberikan 2 minggu sebelum pangkas

·         Pemangkasan dilakukan setiap 4 bulan sekali dan dapat diatur waktunya sesuai keinginan waktu panen, diharapkan panen tidak pada musim hujan

·         Pewiwilan tunas yang tidak bermanfaat dilakukan intensif

·         Penjarangan buah dilakukan 2 kali saat buah sebesar mrica dan sebesar jagung  masing-masing 20% dari buah dalam tandan

·         Pengendalian OPT dilakukan bilamana diperlukan karena tanaman umumnya berdekatan dengan lingkungan rumah

·         Panen dilakukan pada umur optimal (105 hari setelah pangkas)

            Selain itu terdapat beberapa varietas unggul anggur selain Kediri Kuning yang belum dikenal oleh sebagian petani anggur dan memiliki kualitas buah lebih unggul seperti Probolinggo Super, Bs 60, Bs 45 dan BS 39. Untuk mempercepat pengembangan varietas unggul dan substitusi varietas dapat dilakukan dengan menyambung pada  tanaman dewasa dengan teknik sambung celah. Tanaman dewasa yang sudah dimiliki petani digunakan sebagai batang bawah sedangkan varietas unggul sebagai batang atas sehingga pada satu tanaman anggur dapat disambung dengan beberapa macam varietas.  Keberhasilan penyambungan anggur pada tanaman dewasa sekitar 85% asalkan tanaman dewasa yang digunakan mempunyai pertumbuhan baik, terawat, ketrampilan petani dalam menyambung, saat penyambungan tepat yaitu pada akhir musim hujan serta kesesuaian ukuran  entris dengan batang bawah (Rahmawati et al, 2002).

 

ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ANGGUR

 

            Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing-masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda-beda, tergantung jenis penyebabnya.   Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986).  Sedangkan penyakit lainnya antara lain powdery mildew, karat daun, antraknose, busuk buah, mozaik dan virus van leaf.  Hama yang sering menyerang tanaman anggur yaitu rayap, burung, tikus, tupai, kelelawar, musang,ulat kantung, belalang, ulat daun, kumbang daun, tungau, penggerek batang dan nematoda (Soegito dan Sidik, 1991).

            Pengetahuan tentang sifat masing-masing penyakit sangat dibutuhkan untuk pengambilan tindakan pengendalian yang efektif dan efisien. Sejalan dengan perkembangan usaha-tani anggur,  tentunya diperlukan informasi tentang jenis dan karakter penyakit pada tanaman anggur serta cara pengendaliannya.  Cara pengendalian OPT pada anggur perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan karena umumnya tanaman anggur ditanam di pekarangan, serta pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan konsumen.

            Semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan terhadap konsumsi makanan serta kelestarian lingkungan hidup dengan kesejahteraan manusia , telah mendorong masuknya aspek kelestarian lingkungan dalam pengambilan keputusan ekonomi.  Sesuai dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang no 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian No 887/Kpts/OT.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian OPT, maka penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan alternatif terakhir.  Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain  (misal cara budidaya tanaman, secara biologis, fisik, mekanis, genetis dan karantina) dinilai tidak memadai (Direktur Perlindungan Hortikultura, 2003).

           

PENYAKIT TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

 

1. Penyakit Tepung Palsu/Embun Berbulu (downy mildew)

 

            Merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman anggur karena dapat menurunkan produksi buah sampai 70 %  . Penyakit ini menyerang pada musim hujan dan cepat meluas, terutama setelah hujan malam hari. Penyakit disebabkan oleh Plasmopara viticola.

Gejala Serangan

            Pada sisi atas daun timbul bercak-bercak kuning kehijauan yang berbatas tidak jelas, kemudian bercak meluas dan berubah menjadi coklat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai bunga dan buah (Roesmiyanto et al, 1989)

            Serangan pada tangkai buah atau buah yang ukurannya sebesar lada menyebabkan buah busuk berwarna coklat kehitaman, kering dan rontok. Sedangkan serangan pada buah yang lebih besar akan menyebabkan terjadinya bercak berwarna coklat dan seperti berkerak, bahkan sering seluruh buah berwarna coklat sehingga dapat mengurangi mutu buah

Pengendalian

·        Mengurangi kelembaban kebun

·        Memangkas ranting yang terkena penyakit (mengurangi sumber infeksi)

·        Daun yang sakit dan rontok dikumpulkan dan kemudian dibakar

·        Pemakaian atap plastik di atas para-para pada musim penghujan (Roesmiyanto et al, 1989)

·        Menggunakan fungisida bubur bordo (bahan dasar terusi/CuSO4 dan kapur tohor),  atau menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim 0,2 %

·        Menanam varietas  tahan  Isabella, Delaware, Tegal Hitam   spesies Vitis labrusca

2. Penyakit Embun Tepung  (Powdery Mildew)

            Penyakit powdery mildew atau embun tepung terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.   Jamur ini menyerang daun dan buah anggur.

Gejala Serangan

             Pada daun gejala yang tampak adalah pada permukaan atas terdapat tepung berwarna putih yang meluas (massa spora), kemudian berwarna coklat dan selanjutnya daun gugur.   Serangan pada buah mula-mula berwarna putih dan bekas serangan menjadi berwarna coklat berkutil atau berkerut-kerut sehingga menyebabkan buah cacat. 

Pengendalian

·        Memangkas daun-daun sakit dan dibakar (mengurangi sumber infeksi)

·        Menggunakan fungisida bubur california (bahan dasar dari belerang dan kapur tohor)

·        Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

3. Karat Daun (Phakospora vitis)

            Penyakit karat daun banyak terjadi pada daun-daun tua.  

Gejala Serangan

            Pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna merah jingga hingga merah sawo yang berisi spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak berwarna hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun akan segera rontok. Tanaman yang sakit hanya mempunyai sedikit daun sehingga produksi buahnya menjadi berkurang.

Pengendalian

·        Memangkas dan membakar  daun tanaman yang sakit

·        Eradikasi tanaman inang lainnya

·        Menggunakan pestisida alami bubur California dan fungisida berbahan aktif Mankozeb, Benomyl

 

4. Antraknose (Gloeosporium sp)

            Penyakit ini banyak menyerang buah yang hampir masak, tunas dan cabangcabang muda.

 

Gejala serangan

            Pada buah mula-mula menunjukkan gejala berupa bintik-bintik coklat yang meluas dan mengendap ke bawah.  Selanjutnya pada bagian tengah bercak timbul massa berwarna jingga (spora).

Pengendalian

·         Membuang buah yang busuk

·         Sanitasi kebun

·         Menggunakan pestisida alami bubur California

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba dengan takaran 30 g/l air

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb + karbendazim

 

5. Busuk Buah (Gray mold)

            Gejala penyakit tampak pada daerah pertanaman yang buahnya masak. Stadia awal serangan ditandai dengan merekahnya jaringan bagian dalam kulit.  Buah yang terinfeksi menjadi mengkerut dan berubah menjadi coklat tua.

Pengendalian

·         Sanitasi kebun

·         Buah yang busuk dibuang

·         Menggunakan pestisida alami bubur bordo

·         Menggunakan fungisida berbahan aktif Maneb dan Zineb.

 

6. Penyakit Gulung Daun (Virus van leaf))

            Bentuk daun yang terserang penyakit ini menjadi tidak simetris.  Bagian daun yang terkena infeksi menjadi lebih kecil daripada bagian yang normal.

Pengendalian

·         Membinasakan tanaman yang terkena infeksi

·         Menanam anggur yang bebas virus

·         Menjaga kandungan kalium dalam tanah agar meningkat berdasarkan kesuburan tanah

 

HAMA TANAMAN ANGGUR DAN CARA PENGENDALIANNYA

1. Rayap

            Terutama menyerang stek yang belum atau baru saja tumbuh dan pohon yang kurang sehat.  Rayap ini seringkali muncul bila pupuk kandang yang digunakan kurang masak. 

Pengendalian :

·         Penanaman stek anggur dalam media pasir

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba , disemprot dengan takaran 30 g/l air, atau ditaburkan di sekitar tanaman sebanyak 100 gram per tanaman

·         Menggunakan insektisida kontak sesuai anjuran yaitu 1-2 g/l atau 1-2 cc/l

 

2. Burung, tikus, tupai, kelelawar dan musang

            Hama ini menyerang buah, khusunya pada waktu menjelang buah masak

Pengendalian

·         Membungkus buah dengan kertas menjelang buah masak

·         Memasang lampu di dekat tanaman

·         Memasang jaring-jaring di bawah para-para

·         Memasang bunyi-bunyian

 

3. Ulat kantung

 

            Ulat kantung sering mengganggu daun anggur, yaitu dengan membuat lubang-lubang pada lembaran daun.  Hama ini tinggal dalam kepompong  seperti kerucut.

 

Pengendalian

·         Menggunakan pestisida nabati serbuk biji mimba 30 g/l air, disemprotkan pada daun

·         Menggunakan pestisida sistemik pada daun

 

4. Kumbang Daun (Apogonia sp)

 

            Kumbang ini menyerang daun, membuat lubang-lubang pada lembaran daunnya. Kumbang berwarna hitam atau coklat.  Menyerang pada malam hari , sejak matahari terbenam sampai menjelang fajar.  Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah.. 

 

Pengendalian

·         Dengan cara menangkap dengan lampu atau alat penerang (trap).  Jumlahnya terkadang banyak sekali sehingga sulit dikendalikan  dengan pestisida yang ada

 

5. Tungau atau Gurem Putih ( Mite )

           

            Tungau dapat menyebabkan tanaman kerdil pertumbuhannya. Terdapat gurem warna merah dan warna putih. Gurem putih lebih ganas daripada gurem merah. 

Pengendalian

·         Menaburkan Bubur Bordo atau Bubur California pada daun

·         Menggunakan insektisida sistemik berbahan aktif belerang

 

6.  Penggerek Batang

           

            Hama ini menyerang batang dan cabang  yang kurang sekat.  Bagian yang diserang sering mengeluarkan lendir dan akan mati.

 

Pengendalian

•Dikendalikan dengan memangkas bagian  tanaman terserang kemudian dibakar

•Menyumbat bekas lubang dengan serbuk biji mimba atau  insektisida sistemik 

·          

 

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DAN NABATI

 

Pembuatan Bubur Bordo

 

Bahan :

            Terusi              : 1 kg

            Kapur tohor     : 1 kg

            Air                   : 100 liter

 

Cara pembuatan

  • Terusi dihaluskan dan dilarutkan dalam 50 liter air
  • Kapur tohor direndam dalam 50 l air, kemudian disaring

·         Tuang larutan terusi ke dalam larutan kapur tohor/gamping sidikit demi sedikit dan diaduk sampai rata

  • Selama proses pembuatan bubur bordo dalam wadah ember plastik
  • Siap dipakai 10-20 cc/liter

 

 

Pembuatan  Bubur California

 

Bahan :

            Serbuk belerang          : 6 kg

            Kapur tohor                 : 3 kg

            Air                               : 30 liter

 

Cara pembuatan

  • Didihkan air, ambil 4 liter air dan aduk dengan serbuk belerang
  • Kapur tohor yang sudah larut dalam air dituangkan pelan-pelan hingga warna berubah menjadi tua.

·         Masak bubur belerang tersebut selama 1 jam, jangan sampai membuih terlalu banyak

  • Cairan jernih yang diatas itulah yang diambil
  • Siap dipakai : 1 bagian kapur belerang + 30 bagian air

 

 

Pembuatan  pestisida serbuk biji mimba

 

Bahan :

            Daun atau biji mimba dan air

 

Cara pembuatan

  • Daun atau biji mimba yang telah dikeringkan ditumbuk sampai halus
  • Rendam daun atau biji mimba selama semalam 

·         Selanjutnya larutan disaring dan airnya siap digunakan untuk mengendalikan hama kutu. Dosis yang disarankan berkisar antara 20-30 g/liter

  • Pestisida daun/biji mimba dapat juga mengendalikan penyakit antraknosa pada daun dan nematoda dalam tanah

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Baswarsiati, S. Yuniastuti, L. Moenir.  1999.  Rakitan teknologi usahatani anggur.  Monograf Rakitan Teknologi Pertanian.  BPTP Karangploso.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti dan E. Retnaningtyas. 2001. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

………….  ,  S.  Yuniastuti, D. Rahmawati, W. Istuti , Yuniarti dan E. Retnaningtyas. 2002. Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru di Madiun.  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1989.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Diperta Dati I Jatim.  1998.  Laporan Tahunan. Diperta I Jatim.

 

Direktur Perlindungan  Hortikultura. 2003.  Minimalisasi residu pestisida dan OPT dalam rangka peningkatan mutu produk hortikultura.  Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Dwiastuti, M.E. dan Nurhadi.  1986.  Inventarisasi penyakit penting pada tanaman anggur di beberapa sentra produksi.  Hortikultura No 20, 660-663.

 

Kusumo, S.  1991.  Kultivar anggur di Indonesia dalam Budidaya Anggur. Puslitbanghorti. Jakarta.

 

Rahmawati, D., Baswarsiati dan S. Yuniastuti.  2003.  Pengkajian sistem usahatani anggur mendukung pengembangan sentra produksi baru  .  Pros. Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian  BPTP Jatim.

 

Roesmiyanto, A. Winarno dan C. Hermanto.  1989.  Pengaruh tinggi atap plastik terhadap serangan downy mildew dan produksi anggur.  Hortikultura No 28, 12-15.

 

Soegito dan N.I. Sidik.  1991.  Hama dan penyakit penting tanaman anggur di Indonesia    dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soegito.  1991.  Syarat-syarat tumbuh tanaman anggur dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

Soemarsono , R.S., B. Nusantoro dan A. Suryadi.  1995.  Perbandingan keuntungan usahatani anggur pada beberapa varietas unggul.  Laporan Sub Balithorti Malang.

 

Suyamto dan Baswarsiati.  2003.  Teknologi agribisnis hortikultura spesifik lokasi Jawa Timur. Dalam Pertemuan Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura TA 2003.  Cisarua.

 

Winarno.  1991.  Asal usul tanaman anggur dan penyebarannya.  dalam Budidaya Tanaman Anggur.  Puslitbanghorti . Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tinggalkan komentar

Kategori